Monday, August 11, 2014

Pemerintah, Aparat TNI POLRI dan Ormas Keagamaan menolak ISIS

Sejak  beberapa hari yang lalu media massa di Indonesia rajin menyoroti ISIS secara massif menyusul sikap pemerintah yang cukup tegas terhadap gerakan radikal kelompok ini. Benar bahwa aksi sadis yang dilakukan kelompok ini terjadi di luar Indonesia, tepatnya di Iraq dan Suria. Namun, ketika muncul dukungan bahkan bayiat yang dilakukuan oleh ribuah orang Islam di beberapa kota di Indonesia terhadap kelompok ini (ISIS), sebagaimana yang dirilis oleh beberapa media nasional,maka dukungan ini menjadi sebuah indikator bahwa benih-benih ISIS sudah ada di negeri pertiwi yang kita cintai ini. Bukankah dukungan mereka terhadap perbuatan ISIS sama dengan persetujuan dan kesepakatan mereka dengan ISIS ?
Sangat tepat sikap yang diambil oleh pemerintah terhadap orang-orang yang mendukung ISIS, dan pemerintah harus bertindak cepat dan aktif membasmi benih-benih itu. Jika tidak, maka, dengan mengingat peristiwa-peristiwa teroris yang telah terjadi di Indonesia beberapa tahun silam, tidak mustahil benih itu akan tumbuh dan menyebar secara luas sehingga tugas pemerintah makin berat. Kita tentunya  berharap kekejaman yang dilakukan oleh ISIS di luar sana tidak ditransfer ke Indonesia.
Yang harus dilakukan oleh pemerintah dan ormas-ormas keagamaan serta tokoh-tokoh masyarakat selain mewaspadai gerakan-gerakan yang masih bersifat embrio yang cenderung kepada ISIS adalah paham keagamaan yang dianut oleh ISIS dan kelompok-kelompok yang mendukungnya. Sebuah pemahaman merupakan motor penggerak bagian sebuah aksi dan gerakan. Karena itu, menyikapi kelompok-kelompok ini tidak berhenti pada aksi dan perbuatan yang mereka lakukan saja, tapi lebih dari itu paham yang mereka anut harus menjadi bahan perhatian dan patut diwaspadai.
Sudah maklum bagi kebanyakan orang bahwa paham keagamaan yang dianut oleh ISIS tidak sama dengan paham keagamaan mayoritas kaum Muslimin di Indonesia. Paham keagamaan mereka yang menonjol adalah Takfiri, sebuah keyakinan bahwa orang dan kelompok selain mereka dianggap kafir, sesat dan murtad. Dengan keyakinan dan pemahaman Takfiri ini, mereka melihat orang dan kelompok selain mereka kafir dan musyrik. Mereka terpanggil untuk mendakwahi orang-orang kafir dan musyrik dengan cara apapun termasuk dengan kekerasan, pembunuhan dan pembantaian. Apa yang dilakukan oleh ISIS merupakan perwujudan dari paham itu.
Sesungguhnya kekerasan, pembunuhan dan pembantaian karena paham Takfiri ini pernah terjadi jauh sebelum ISIS muncul. Coba kita sibak sejarah rezim Saudi-Wahabi di semenanjung Arabia. Apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang dan kelompok-kelompok yang tidak sepaham di Hijaz dan Irak. Mereka melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh ISIS; pembunuhan, pembantaian dan pengnacuran kuburan orang-orang suci dengan dalih menghapus simbol-simbol kemusyrikan.
Paham takfiri ini sudah ada di Indonesia sebelum ISIS sebagai sebuah gerakan muncul di Timur Tengah. Ketika ISIS muncul, maka orang dan kelompok yang mempunyai paham ini segera menyambut dan mendukungnya serta melakukan bay’at terhadap khalifahnya. Ketika paham ini tidak diberantas, maka ia akan menjadi sebuah aksi dan gerakan. Mereka yang mempunyai paham ini tidak akan tenang menyaksikan kekafiran, kemusyrikan ( menurut mereka) dan perbedaan dalam urusan agama. Mereka terpanggil oleh doktrin amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dengan pemahaman mereka dengan kekuatan tangan.
Pemerintah dan semua elemen masyarakat harus mewaspadai orang-orang dan kelompok-kelompok yang menyebarkan paham Takfiri melalui khutbah-khutbah, ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan. Mereka tidak boleh dibiarkan bergerak secara leluasa. Paham ini menjadi ancaman bagi stabilitas nasional dan kerukunan masyarakat.

Paham Takfiriyah (mengkafirkan sesama muslim) pada kelompok NII TK SD Unggulan Al Yaklu Arjosari Malang

Penulis selama beberapa tahun pernah hidup bersama mereka sehingga mengetahui persis apa yang menjadi paham, konsep dan gerakan yang mereka lakukan. Pengabdian saya di lembaga yayasan tersebut mendorong saya berfikir ulang tentang Islam, apakah yang seperti diyakini kelompok jamaah Al Yaklu Arjosari malang ini.

Terutama keberadaan imam (pemimpinnya) bernama Asbirin Maulana alias Syatibi alias Hasta Fariza alias Ahmad alias Pakde alias Abi.
Dan juga peran para pengikut setianya seperti Bapak Langgeng pegawai VEDC, Bapak Sukirman pendek VEDC, Bpk Wiyanto suami Bu Endang, Bapak Aris bekas pegawai Bank Duta Sby asal Bangil, Pujianto asal Tulungagung, Yusron Singosari (yg sekarang berada di Palu / Makasar), serta divisi usaha kelompok ini seperti Warung NASI GORENG JUARA INDONESIA di depan resto Papa Rons jalan Suhatt Malang, Warung Makan Ulu Juku Makasar, Depot Darisa Palu, Digital Printing TINTA KAILI Palu, dan lain-lain. Semua mengarah pada cita-cita pendirian daulah islamiyah (DI) / NEGARA ISLAM INDONESIA.

Tulisan pengakuan salah satu pengikutnya yang sudah keluar dari jamaah ini yang beredar di media online tentu sangat menggemparkan masyarakat sekitar Arjosari. Beberapa peristiwa kriminal pun mengarah pada penelanjangan borok-borok kriminal dan sesat di balik baju Islami kelompok ini.

Misalnya pecahnya soliditas elit “pemerintahan” NII ini dengan keluarnya bapak Bambang Triono dari Al Yaklu dan VEDC untuk pindah ke Sragen.

Semoga pemerintah lebih cerdik, bukan hanya yg mengibarkan bendera ISIS saja yg berbahaya. TETAPI juga para pembawa ideology2 yg menjurus ke faham ISIS pun seharusnya di waspadai seperti Al Yaklu Arjosari Malang.
Faham2 yg mudah mengKAFIRKAN orang lain akan berpotensi mudah menghalalkan darah orang lain...

Hanya satu kata yang tepat buat mereka yang ANTI PANCASILA di bumi nusantara: TUMPAS mereka sampai ke akar-akarnya !!!



No comments:

Post a Comment